Secara umum, perawatan yang sering dilakukan peternak ayam petelur adalah perawatan melalui air minum. Namun, dalam kondisi tertentu, perawatan melalui air minum tidak lagi efektif untuk diaplikasikan. Oleh karena itu, teknik lain diperlukan dalam pengobatan ayam petelur yang dikenal sebagai teknik parenteral (injeksi). Jadi bagaimana dan kondisi seperti apa teknik injeksi dapat dilakukan?
Di dunia peternakan teknik injeksi yang paling familiar digunakan untuk vaksin, terutama vaksin yang inaktif, sementara pengobatan tetap relatif jarang. Sebagian besar peternak lebih suka menyediakan obat melalui air minum.
Obat injeksi dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu larutan, suspensi dan emulsi. Bentuk persiapan obat injeksi dalam bentuk larutan yang relatif cair akan diserap lebih cepat dalam tubuh ayam dan akan menghasilkan efek pengobatan yang lebih cepat daripada bentuk suspensi dan emulsi.
Teknik injeksi memang jarang digunakan, tetapi dalam kondisi tertentu teknik injeksi ini sangat diperlukan. Secara umum, teknik ini dilakukan untuk mendapatkan pekerjaan obat yang cepat, misalnya, ketika kondisi nafsu makan dan minum ayam menurun. Dapat diberikan vitamin B komplek dengan teknik injeksi kepada ayam secara langsung.
Baca juga tentang : ATASI NGOROK PADA AYAM PETELUR
Jenis teknik parenteral (Injeksi) pada ayam
Di dunia kedokteran, obat -obatan dapat disuntikkan ke hampir semua organ atau bagian tubuh, termasuk sendi, ruang cairan sendi, tulang belakang dan bahkan dalam kondisi parah di jantung. Beda halnya pada dunia unggas, teknik injeksi yang umumnya berlaku adalah suntikan intramuskuler dan subkutan.
A. Injeksi intramuskuler
Injeksi intramuskuler dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam otot (daging). Obat akan diserap ke pembuluh darah yang ditemukan di otot. Tempat injeksi yang baik ialah jauh dari saraf utama atau pembuluh darah utama. Selain itu, otot yang harus dipilih ialah otot dengan pasokan pembuluh darah dan kontraksi (gerakan) dari otot yang banyak . Pada ayam, lokasi injeksi intramuskuler biasanya dilakukan pada otot dada (pectoral) atau otot paha (femur).
Aplikasi ini harus dilakukan dengan hati -hati juga memperhatian pada titik di mana jarum akan ditusukkan dan di mana obat ditempatkan. Jika terjadi kesalahan, itu dapat menyebabkan kelumpuhan karena kerusakan saraf, abses, kista, embolia, hematoma atau pengelupasan kulit.
B. Injeksi subkutan
Sedikit berbeda dari injeksi intramuskuler, lokasi injeksi subkutan berada di bawah permukaan kulit (antara daging/otot dengan kulit) dan untuk ayam lokasi injeksi umumnya dipilih di leher bagian bawah. Jepit kulit leher ayam sehingga lebih mudah disuntikkan. Jika di sekitar leher ayam basah, ini menunjukkan bahwa obat yang disuntikkan tidak masuk dengan sempurna di bawah kulit.
Obat -obatan yang diterapkan oleh suntikan subkutan adalah obat yang tidak akan menyebabkan iritasi jaringan kulit. Setelah menyuntikkan obat di bawah kulit, obat akan menyebar ke dalam cairan di antara sel -sel kulit dan kemudian menyerap ke pembuluh darah. Efek pengobatan dengan teknik ini relatif lebih lambat (efek berkelanjutan) dibandingkan dengan injeksi intramuskuler.
Volume obat yang disuntikkan dengan teknik ini relatif lebih rendah dari jumlah obat yang diberikan secara intramuskuler. Obat -obatan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit tidak boleh diberikan dengan suntikan subkutan karena dapat menyebabkan rasa sakit, lecet atau abses.
Saat memberikan obat -obatan dengan teknik injeksi subkutan di daerah leher, maka harus dilakukan dengan hati -hati karena pada bagian ini juga tedrdapat saraf dan jika sampai terkena, itu dapat menyebabkan ayam tortikolis dan bahkan kematian.
Kelemahan dan kekuatan parenteral
A. Kelemahan
Aplikasi pengobatan parenteral tentu memiliki beberapa kelemahan yang meliputi:
1. Membutuhkan keterampilan khusus
Tidak semua orang atau peternak dapat menerapkan teknik perawatan ini. Karena teknik ini membutuhkan keterampilan khusus, termasuk mengetahui anatomi tubuh ayam dan teknik injeksi yang baik. Suntikan di paha luar harus dilakukan dengan hati -hati, karena pada paha bagian dalam terdapat saraf ischiadicus
2. Membutuhkan waktu lebih lama
Teknik ini adalah teknik individual atau melakukan 1 x untuk setiap ayam. Ini tentu membutuhkan lebih banyak waktu atau energi.
3. Efek stres lebih besar
Tentu saja, kita sudah tahu dan kami merasa bahwa teknik dengan suntikan akan lebih menyakitkan daripada teknik perawatan lainnya. Untuk ayam, situasi ini tentu akan menyebabkan efek stres yang lebih parah.
B. Keuntungan
Meskipun ada beberapa kekurangan, teknik perawatan ini masih baik untuk diterapkan pada unggas (ayam petelur), yang meliputi:
1. Dosis yang benar
Dosis obat yang diterima atau masuk ke dalam tubuh dengan cara disuntikan, baik teknik subkutan maupun intramuskuler akan lebih tepat. Hal Ini tentu saja akan mempengaruhi efektivitas pengobatan.
2. Efek pengobatan lebih cepat
Setelah disuntikkan, obat akan segera diserap ke dalam tubuh (aliran darah) sehingga langsung dengan cepat bekerja memberantas kuman.
3. Selektif
Pengobatan dengan teknik injeksi hanya dilakukan untuk hewan ternak yang sakit sehingga dalam hal biaya lebih efisien.
4. Stabilitas obat lebih terjaga
Obat yang diberikan dengan injeksi akan relatif lebih stabil, di mana tidak ada pengaruh faktor eksternal, seperti sinar (matahari, lampu), kualitas air atau ransum. Selain itu, obatnya langsung memasuki darah secara sehingga pengaruh enzim dapat diminimalkan dalam saluran pencernaan (lambung, usus). Hal ini, tentu saja akan mempengaruhi kinerja pada obat tersebut.
5. Khusus untuk penyakit parah
Teknik ini sangat cocok untuk ayam yang telah terinfeksi penyakit serius atau parah dan dapat menyebabkan nafsu makan minum ayam menurun secara drastis.
Faktor yang mendukung keberhasilan pengobatan parenteral
Agar pemberian obat bisa mencapai efek yang optimal, yaitu, obat dapat bekerja secara optimal untuk memberantas kuman dan virus, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu:
A. Pertahankan sterilitas atau tim narkoba
Obat injeksi yang diproduksi oleh pabrik telah melalui tes sterilitas untuk kontrol kualitas (QC) sehingga sterilitas obat telah dijamin. Tetapi ketika memberikan obat injeksi yang telah dibuka harus segera diberikan dan habis selama 24 jam. Selain itu, jarum suntik juga harus disterilkan terlebih dahulu (dimasak dalam air mendidih selama 30 menit) dan mengganti jarum setiap suntikan 200-300 agar tetap tajam dan steril.
B. Hati -hati saat menyuntikkan
Cara melakukan penyuntikan ini harus berhati -hati untuk menghindari kesalahan penyuntikan yang bisa mengakibatkan obat tidak dapat diserap secara optimal sehingga dosis yang diterima tidak sesuai. Selain itu, kesalahan penyuntikan juga dapat menyebabkan peradangan di sekitar tempat penyuntikan, disabilitas bahkan kematian.
C. Pastikan obatnya tidak keluar lagi
Setelah penyuntikan, perhatikan tempat suntikannya. Pastikan apakah ada obat yang keluar. Hasil penyuntikan yang baik ditandai dengan tidak keluarnya obat dan biasanya ada benjolan kecil pada otot yang merupakan endapan obat.
Keberhasilan pengobatan harus didukung oleh teknik pemberian obat dan dosis yang benar, kesesuaian obat dengan penyakit dan peningkatan manajemen pemeliharaan.
Semoga Bermanfaat